Lewat membatik, Siswa Diajak mencintai Budaya Sendiri
Solopos, Senin pahing 28 Maret 2016
Humaniora - Kegiatan Sekolah
Aroma cairan yang biasa digunakan
dalam proses pembuatan batik langsung tercium saat Espos memasuki Dalem Djimatan Kampoeng Batik laweyan Solo pada
Sabtu (26/3) siang.
Di tempat itu ada puluhan pelajar
yang masing – masing tampak asyik menggenggam canting untuk menorehkan cairan
malam panas pada selembar kain mori. Para pelajar itu adalah siswa-siswi kelas
VII SMP Batik Program Khusus (PK) Solo yang sedang mengikuti outing class atau kegiatan pembelajaran
di luar kelas di Laboratorium Batik milik Yayasan Perguruan Tinggi Batik Islam
Batik (Yapertib) Solo.
Pada lembaran kain-kain berbentuk
bujur sangkar itu, terlihat beragam motif batik di antaranya parang, taruntum,
dan kawung.
Seperti yang dilakukan Ika Budi
Rahmawati, siswa kelas VII-B SMP Batik PK. Lantaran cairan malam yang digunakan
dalam proses membuat batik itu sangat panas, Ika menorehkan ujung canting pada
kain mori yang ia bawa dengan sangat hati-hati.
Sesekali Ika mengobrol dengan
teman sekelasnya Almira Jihan yang duduk tepat di sebelahnya.
Sementara itu di sudut lainya,
terlihat tiga siswa kelas VII-A, Farhan Wahyu Aji, Akmalsyah Niezar Reza, dan
Bagus Nur Indra, sedang memberi warna pada kain mereka masing-masing.
Menurut Bagus Nur Indra, sebelum
mepraktikkan proses membuat batik, mereka sudah belajar tentang teori pembuatan
batik di kelas. “Praktiknya disini. Tapi sebelumnya saya pernah membuat batik,
bahkan ikut lomba membatik,” tutur Bagus Nur Indra ketika ditemui Espos di sela-sela aktifitasnya.
Sementara Farhan mengakui dengan
praktik tersebut, ia menjadi lebih paham proses membuat batik. “Jadi tahu
bagaimana membuat batik dengan praktik seperti ini,” ungkap Farhan.
Menurut kepala SMP Batik PK Solo,
S. Nur Rahman, Seni Batik merupakan salah satu mata pelajaran (mapel) yang
diberikan kepada para siswa Kelas VII di SMP Batik PK Solo. Teori tentang Seni
Batik sudah diberikan kepada para siswa dikelas, sehingga praktiknya
dilaksanakan saat outing class
tersebut, mulai dari pembuatan pola hingga penguncian.
Selain untuk mengenalkan dan
mempraktikkan secara langsung pembuatan batik kepada para siswa tersebut,
kegiatan itu diharapkan akan menumbuhkan kecintaan mereka terhadap batik
sebagai salah satu budaya asli Indonesia, khususnya di kota Solo.
“Diharapkan generasi muda mulai
mengenal batik sebagai salah satu budaya asli kota Solo, budaya Indonesia agar
tumbuh kecintaan mereka terhadap budaya tersebut. Sebab dikhawatirkan kalau
tidak ada kecintaan, budaya tersebut di negeri sendiri akan punah, atau bahkan
diambil alih oleh negara lain yang justru peduli dengan budaya tersebut,”paparnya.